ZoyaPatel

Bukan hanya mesin, Ducati juga pertimbangkan aerodinamika dan sasis

Mumbai

Ducati mempertahankan mesin GP24 untuk MotoGP 2025 dan 2026 sebagai langkah strategis.

Francesco Bagnaia dari Italia dan Ducati Lenovo (kiri) terlihat di garasi selama sesi latihan bebas 1 MotoGP Thailand Grand Prix di Buriram International Circuit, pada 28 Februari 2025, di Buriram, Thailand. Foto oleh Lillian Suwanrumpha/AFP
Francesco Bagnaia dari Italia dan Ducati Lenovo (kiri) terlihat di garasi selama sesi latihan bebas 1 MotoGP Thailand Grand Prix di Buriram International Circuit, pada 28 Februari 2025, di Buriram, Thailand. Foto oleh Lillian Suwanrumpha/AFP

Oleh Alana Salsabila dan Randy Ahmad

Saat MotoGP 2025 dimulai akhir pekan ini di Buriram, pilihan teknis pramusim menjadi sorotan utama. Ducati mengejutkan banyak pihak dengan memilih homologasi mesin GP24 dibandingkan dengan mesin GP25. Keputusan ini menjadi perbincangan hangat di paddock dan dikupas tuntas oleh Ramon Forcada dalam episode pertama "Duralavita."

Forcada, seorang teknisi berpengalaman di MotoGP, menjelaskan bahwa keputusan ini tidak diambil secara sembarangan. Dengan adanya regulasi pembekuan mesin hingga 2027, Ducati memilih strategi yang lebih konservatif dengan mempertahankan mesin yang telah terbukti, dibandingkan mengambil risiko besar dengan mesin baru yang belum teruji di kompetisi.

"Ducati memiliki paket aerodinamika yang berubah dan mereka juga memiliki pembaruan dalam musim, jadi ini bukan keputusan final," kata Forcada. Keputusan untuk mempertahankan mesin 2024 ini juga berhubungan dengan kebijakan tanpa konsesi, yang berarti mesin yang digunakan di balapan pertama harus tetap berlaku selama dua musim.

Ducati memilih stabilitas dibanding risiko

Dengan kata lain, Ducati memilih mengandalkan mesin GP24 yang telah mendominasi musim lalu daripada memperkenalkan mesin baru yang berpotensi menghadirkan ketidakpastian. Strategi ini memungkinkan mereka untuk tetap bersaing sambil terus melakukan pengembangan secara bertahap tanpa mengorbankan keandalan.

Forcada menjelaskan bahwa mesin 2025 bukanlah perubahan besar dari mesin 2024, melainkan sebuah evolusi. "Mesin 25 merupakan evolusi dari mesin 24, ini bukan mesin baru. Ini adalah V4 dengan struktur dan basis yang sama, dengan beberapa perubahan terutama pada intake," tambahnya.

Pendekatan ini memberikan Ducati fleksibilitas dalam melakukan penyempurnaan tanpa harus menghadapi risiko besar dalam pengembangan mesin yang sepenuhnya baru.

Ducati hindari mesin yang terlalu agresif

Selain stabilitas, Ducati juga menghindari pengembangan mesin yang terlalu agresif. Forcada menjelaskan bahwa biasanya pabrik mengembangkan beberapa versi mesin sebelum menentukan yang terbaik.

"Biasanya, mereka membuat tiga atau empat evolusi mesin. Insinyur tentu menginginkan yang paling cepat, tetapi yang paling cepat juga biasanya yang paling agresif dan berbahaya," ujar Forcada.

Karena itu, Ducati memilih versi mesin yang lebih seimbang dan dapat diandalkan. "Anda bisa menyebutnya GP24.9, tetapi ini bukan mesin 24 murni, ini adalah evolusi dari mesin 24," tambahnya.

Keputusan ini menunjukkan bahwa Ducati tidak hanya mempertimbangkan kecepatan, tetapi juga daya tahan dan stabilitas dalam jangka panjang.

Keputusan Ducati tidak hanya terbatas pada mesin. Forcada mengungkapkan bahwa pendekatan serupa juga diterapkan pada aerodinamika dan sasis.

"Kami belum kembali ke paket 2024 sepenuhnya, tetapi kami mengembangkan evolusi dari paket tersebut yang mungkin tidak terlalu ekstrem," kata Forcada.

Pendekatan ini menunjukkan bahwa Ducati tidak mengabaikan pengembangan teknis, tetapi lebih memilih strategi bertahap yang memungkinkan mereka menghindari potensi masalah besar di masa depan.

Strategi Ducati menuju regulasi 2027

Keputusan Ducati untuk tetap menggunakan mesin GP24 hingga musim 2026 adalah bagian dari strategi besar menghadapi regulasi baru pada 2027. Dengan fondasi yang telah terbukti, mereka dapat fokus pada pengembangan teknologi tanpa harus mengambil risiko besar yang dapat menghambat performa di lintasan.

Seperti yang dijelaskan Forcada, langkah ini bukanlah kemunduran, melainkan strategi untuk membangun motor yang lebih stabil dan kompetitif dalam jangka panjang. Ducati berharap pendekatan ini akan membantu mereka mempertahankan dominasi di MotoGP, sekaligus mempersiapkan diri menghadapi tantangan regulasi baru di masa depan.

Dengan strategi kehati-hatian dan evolusi bertahap, Ducati tampaknya siap menghadapi musim 2025 dengan keyakinan penuh. Kini, semua mata tertuju pada tim asal Italia ini untuk melihat apakah keputusan mereka akan membuahkan hasil dalam perebutan gelar juara dunia MotoGP tahun ini.

Ahmedabad