Francesco Bagnaia akui kesulitan di Sprint Race MotoGP Thailand
Francesco Bagnaia mengungkapkan tantangan dalam Sprint Race MotoGP Thailand, menyebut tangki bahan bakar kecil sebagai faktor utama kesulitannya.
Oleh Hayu Andini dan Adila Ghina
Francesco Bagnaia kembali menghadapi tantangan dalam Sprint Race MotoGP Thailand 2025. Juara dunia dua kali itu finis di posisi ketiga dalam balapan sprint pembuka musim, setelah bertahan dari tekanan Ai Ogura selama 13 lap.
Bagnaia mengungkapkan bahwa tangki bahan bakar yang lebih kecil untuk balapan sprint mengubah cara Ducati miliknya berperilaku di lintasan. Ia merasakan kesulitan saat mengerem dan memasuki tikungan, yang membuatnya harus beradaptasi lebih keras dibandingkan saat menjalani balapan utama.
Sprint Race memang bukan sesuatu yang mudah bagi Bagnaia. Meskipun musim lalu ia dan Jorge Martin sama-sama meraih tujuh kemenangan di balapan sprint, kesalahan yang dibuat dalam balapan pendek justru membuatnya kehilangan gelar juara dunia 2024.
Perubahan tangki bahan bakar pengaruhi performa
Bagnaia menjelaskan bahwa perbedaan utama antara Sprint Race dan balapan penuh terletak pada kapasitas tangki bahan bakar, yang lebih kecil dalam format balapan pendek. Hal ini berdampak langsung pada performa motornya, terutama dalam pengereman dan memasuki tikungan.
"Ada alasan ilmiah mengapa saya kesulitan di sprint," ujar Bagnaia. "Kami mencoba memahaminya dan sejujurnya satu-satunya hal yang mereka ubah dari balapan jarak jauh adalah tangki bahan bakar – lebih kecil sesuai regulasi.
"Ini sedikit mengubah dinamika motor dan saya lebih kesulitan dalam pengereman dan masuk tikungan. Tapi kami sedang mengatasinya, kami mencoba menyelesaikannya. Hari ini kami hanya melakukannya dengan cara yang standar, tapi lain kali kami akan mencoba sesuatu yang berbeda."
Bagnaia menambahkan bahwa ia telah melakukan simulasi Sprint Race dengan tangki bahan bakar yang lebih besar dan merasakan peningkatan performa.
"Saya melakukannya dan saya lebih cepat, dan itu adalah sesuatu yang tidak dapat Anda lakukan untuk regulasi," jelasnya. "Kami mencoba sesuatu yang berbeda, seperti set-up dan berbagai perubahan pada motor."
Kesulitan makin terasa saat berada di belakang pembalap lain
Selain perubahan akibat tangki bahan bakar, Bagnaia juga merasakan masalah lain saat ia harus mengejar pembalap di depannya. Menurutnya, ketika ia memulai balapan dari posisi terdepan, efek negatif dari perubahan ini tidak terlalu terasa. Namun, saat berada di belakang pembalap lain, kesulitannya meningkat drastis.
"Saat saya start di depan, masalah ini tidak terlalu terasa karena tanpa slipstream, tanpa ada orang di depan, saya bisa memaksakan pengereman," ungkap Bagnaia.
"Tapi jika ada orang di depan, saya akan terjebak selama 10 putaran atau 15 putaran dengan jarak satu detik dan saya tidak bisa mengejarnya. Ini adalah masalah yang cukup besar, dan kami sedang berusaha untuk mengatasinya."
Bagnaia mengakui bahwa permasalahan ini sudah berlangsung selama dua musim dan masih belum menemukan solusi terbaik. Meski demikian, ia dan timnya akan terus mencari cara untuk menyesuaikan strategi dan set-up motor agar lebih kompetitif di Sprint Race.
Dengan tantangan yang ia hadapi, Francesco Bagnaia masih memiliki pekerjaan besar untuk menyempurnakan performanya dalam balapan sprint. Hasil di MotoGP Thailand menjadi pelajaran penting untuk menghadapi Sprint Race berikutnya di sisa musim 2025.